"Seperti malaikat." begitu gumam saya ketika orang asing itu hilang dari pandangan saya dan adik saya.
Sore itu saya dan adik saya berbelanja ke sebuah toserba di daerah Srandakan. Untuk sampai ke toserba tersebut saya harus melewati sebuah jembatan Progo yang panjangnya 500 an meter. Naasnya motor saya mogok di tengah jembatan.
Saya turun dan mencoba untuk tenang. Saya lihat kondisi motor saya. Ternyata motor saya rantainya lepas. Seumur - umur ini adalah untuk pertama kalinya terdampar di jembatan saat kumandang adzan. Kalau musti dorong bisa samapai isya baru sampai di rumah. Tapi masalahnya, motornya benar - benar terhenti. Rantai yang lepas tersendat sehingga motor tidak bisa berjalan. Ya Allah, beri saya jalan keluar, do'a saya dalam hati. Bukankah do'a orang teraniaya selalu dikabulkan, begitu kata guru ngaji saya.
Adik saya jelas tak bisa diandalkan. Namun dia cukup membantu menenangkan saya dengan memberikan solusi yang saat itu saya yakini cukup solutif.
"Telpon Kang Sam saja." kata adik saya. Kang sam adalah sepupu saya yang bisa mbengkel.
"Please deh, pulsaku kan sudah dipaketin." jawab saya sedikit sewot. "Sms sana dek!"
Adik saya nyengir keledai.
"Masa aktifku habis."
Gubraaakkk.
"Nih. Smsin. Aku mau coba benerin, siapa tahu bisa." Saya menyodorkan hanpdone saya.
Adik saya meraih handphone saya sembari bertanya "Smsnya gimana?"
"Aish, suruh kesini saja, motor mancet, rantai lepas."
Kang Sam tidak juga membalas sms. Kemana ya dia? Kalau lama - lama berhenti di jembatan pas waktu maghrib seperti ini, bawaannya horor. Di Jembatan yang menghubungkan kulon Progo dan Srandakan ini terkenal banyak yang pasang (semacam sesaji untuk pesugihan gitu). Ngerii.
Namun, beberapa saat kemudian ada seorang bapak - bapak berhenti di depan motor kami. Ia menghampiri motor saya dan berjongkok di samping motor tanpa suara. Diam seribu bahasa. Biasanya kalau orang normal, ia akan bertanya kenapa? Aneh memang. Saya pun sulit melihat wajahnya. Selain kondisi hari sudah gelap, juga helm yang dikenakannya menghalangi wajahnya.
Dalam lima menit, ia selesai memperbaiki motor saya. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih. Namun, lagi - lagi bapak itu tidak mengeluarkan suara.
Alhamdulillah, meskipun saya tidak tahu bapak itu, baik wajah maupun nama, semoga Allah selalu menambah kebaikannya yang banyak.
"Bapaknya keren ya mbak." kata adik saya selepas motor melaju.
"Iya, seperti malaikat." jawab saya.
"Mungkin ini yang namanya keajaiban sedekah."
Alhamdulillah, meskipun saya tidak tahu bapak itu, baik wajah maupun nama, semoga Allah selalu menambah kebaikannya yang banyak.
"Bapaknya keren ya mbak." kata adik saya selepas motor melaju.
"Iya, seperti malaikat." jawab saya.
"Mungkin ini yang namanya keajaiban sedekah."
"Iya, mungkin."
Saya dan adik saya saat itu memang sedang tertulari kebaikan yang Yusuf Mansur katakan dalam acara TV Chatting dengan YM. Saya dan adik saya senantiasa berusaha melakukan apa yang beliau katakan dan yang berhasil saya pahami.
"Berikanlah sedekah terbaikmu di saat sulit maupun lapang. Yakinlah Allah akan memberikan rizki yang tak disangka - sangka."
Dan beberapa kali memang saya mengalaminya, sebuah keajaiban, bukan sekedar pemberian.
"Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando's Giveaway: Spread The Good Story"
