Rabu, 19 Agustus 2015

Binatang Baru (Cernak)

"Bunda! Bunda! Aku menemukan binatang!” teriak Fatih di halaman rumahnya. Ia ingin segera memberitahukan kegembiraannya kepada bunda.
            Fatih menemukan binatang itu terjatuh dari pohon. Fatih baru pertama kali melihat binatang itu. Binatang itu berwarna hitam mengkilat dan memiliki tanduk di kepalanya. Ketika Fatih ingin mengambil binatang itu dengan tangannya, ia berdesis. Sehingga Fatih mengambil ranting pohon dan berusaha menghalau binatang itu agar masuk ke dalam cup gelas bekas air mineral.
            Ia ingin segera memberitahukan kegembiraannya kepada bunda. Hanya saja, Fatih ingat kalau hari ini bunda sedang mengajar les privat. Ia urung menemui bundanya. Ia tidak ingin menganggu bundanya. Ia sudah berjanji kepada bunda kalau ia akan bermain di luar rumah selama bunda mengajar. Namun kali ini Fatih sangat penasaran dengan binatang itu.
            Dengan takut-takut, Fatih memberanikan diri masuk ke ruang tamu dan memperlihatkan seekor binatang kepada bundanya.
            “Bunda, ini binatang apa?” tanyanya kemudian.
            Bunda memperhatikan binatang tersebut. Dengan lembut bunda menegur Fatih.
            “Fatih, disimpan dulu binatangnya. Nanti kita bicarakan. Ingat janji Fatih kan?”
            “Tapi Fatih belum pernah melihat binatang ini sebelumnya.”
            “Iya, bunda tahu, nanti kita bahas.”
            “Kalau begitu, nanti Fatih taruh di kamar ya. Ini binatang baru.”
            “Iya itu binatang baru, hanya bagi Fatih. Sekarang lebih baik Fatih beri makan.”
            “Makanannya apa Bunda?”
            “Fatih ....” ucap bunda lembut penuh ketegasan. Ibu mencoba membuat Fatih berhenti bertanya dan menepati janji. Nyali Fatih menciut. Ia berlari ke halaman sambil bersorak       “Binatang baru! Binatang baru!”
*
            Fatih mengambil beberapa daun pohon mangga, pohon binatang baru itu terjatuh. Lalu memasukkan dedaunan itu ke cup gelas. Binatang itu berdesis kembali.
            “Fatih sedang apa?” Tegar datang dengan menaiki sepeda mininya. “ Ayok, sepedaan!”
Fatih urung menyambut ajakan Tegar.
            “Aku sedang menjaga binatang baru. Kata bunda aku harus memberinya makan supaya aku bisa memeliharanya.”
Tegar mendekati Fatih. Penasaran dengan binatang baru.
            “Oh, itu namanya kumbang tanduk alias wawung. Bukan binatang baru.”
            “Kumbangnya tidak mau makan. Malah berisik terus.”
            “Diberi dedak aja, ayamku di rumah kuberi makan dedak.” Tanpa menunggu persetujuan Fatih, Tegar menyambar sepedanya dan pulang untuk mengambil dedak. Beberapa menit kemudian ia sudah berada di samping Fatih dan memberikan dedak yang diberi sedikit air kepada Fatih. Fatih memasukkan sedikit dedak ke cup gelas.
            “Kumbangnya sedang puasa kali, Tih!”
*
            “Kenapa bunda berbohong? Padahal Fatih sudah menepati janji tidak mengganggu bunda saat mengajar.” ucap Fatih, merajuk.
            “Tapi bunda tidak berjanji kita akan memeliharanya. Bunda hanya meminta Fatih memberinya makan.”
            “Sama saja, itu artinya bunda setuju.” Fatih mulai terisak.
            “Tadi Fatih sudah memberi kumbang tanduk ini makan?”
            Fatih menyeka air matanya sambil mengangguk.
            “Kumbang tanduknya tidak mau makan daun dan dedak. Kata Tegar, kumbangnya sedang puasa.” jawab tegar sambil terbata.
            “Fatih yakin kumbangnya tidak mau makan karena puasa?”
            “Atau kumbangnya sakit, bunda?”
            “Yakin ....?” selidik bunda.
            “Bunda, jangan bermain teka-teki. Fatih benar-benar ingin tahu.”
            “Kalau begitu sekarang Fatih mandi dan bunda akan ajak Fatih mencari jawabannya.”
            “Kumbangnya dibawa ya.”
            Bunda menatap Fatih dengan sudut matamya. Raut muka bunda menunjukkan kalau bunda tidak menyetujui permintaan Fatih.
*
            “Bunda, lagi-lagi berbohong. Katanya mau memberi tahu jawabannya. Tapi malah membawa Fatih ke sini. Tidak ada kumbang di toko buku.” protes Fatih.
            “Siapa bilang? Justru Fatih akan menemukan jawabannya di sini.” ucap bunda singkat.
            Bunda mengajak berkeliling. Fatih malas-malasan membuntuti bunda. Hari ini sudah dua kali bunda berbohong kepadanya. Pikiran Fatih melayang ke kumbang di rumah.
            “Nah ketemu. Ini untuk Fatih.”
            Fatih membaca halaman yang sudah dibukakan bunda. Dua ekor kumbang tanduk tergambar di buku itu. Namun Fatih masih tidak mengerti.
            “Ini mirip kumbang tanduk yang ada di rumah.” gumam Fatih.
            “Coba dibaca apa makanannya.” Fatih mengikuti intruksi bunda.
            “Pupus atau janur kelapa. Pantas saja tidak mau makan dedak atau daun mangga.”
            “Sekarang apa Fatih mau memeliharanya?”
            Fatih membalas tatapan ibunya, dalam. Ia mulai mengerti. Ibu tidak bohong. Kumbang tanduk itu adalah hama, hewan pengganggu pohon kelapa. Jadi ia tidak boleh memeliharanya.
            “Apa Fatih boleh membunuhnya, Bun?”
            “Jangan, biarkan kumbang itu hidup agar ekosistem tetap seimbang.”
            Fatih mengangguk pelan, tanda mengerti.
*
16-09-2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar