Fatih menemukan
binatang itu terjatuh dari pohon. Fatih baru pertama kali melihat binatang itu.
Binatang itu berwarna hitam mengkilat dan memiliki tanduk di kepalanya. Ketika
Fatih ingin mengambil binatang itu dengan tangannya, ia berdesis. Sehingga Fatih
mengambil ranting pohon dan berusaha menghalau binatang itu agar masuk ke dalam
cup gelas bekas air mineral.
Ia ingin segera
memberitahukan kegembiraannya kepada bunda. Hanya saja, Fatih ingat kalau hari
ini bunda sedang mengajar les privat. Ia urung menemui bundanya. Ia tidak ingin
menganggu bundanya. Ia sudah berjanji kepada bunda kalau ia akan bermain di
luar rumah selama bunda mengajar. Namun kali ini Fatih sangat penasaran dengan
binatang itu.
Dengan
takut-takut, Fatih memberanikan diri masuk ke ruang tamu dan memperlihatkan seekor
binatang kepada bundanya.
“Bunda, ini
binatang apa?” tanyanya kemudian.
Bunda
memperhatikan binatang tersebut. Dengan lembut bunda menegur Fatih.
“Fatih, disimpan
dulu binatangnya. Nanti kita bicarakan. Ingat janji Fatih kan?”
“Tapi Fatih belum
pernah melihat binatang ini sebelumnya.”
“Iya, bunda tahu,
nanti kita bahas.”
“Kalau begitu,
nanti Fatih taruh di kamar ya. Ini binatang baru.”
“Iya itu binatang
baru, hanya bagi Fatih. Sekarang lebih baik Fatih beri makan.”
“Makanannya apa
Bunda?”
“Fatih ....” ucap
bunda lembut penuh ketegasan. Ibu mencoba membuat Fatih berhenti bertanya dan
menepati janji. Nyali Fatih menciut. Ia berlari ke halaman sambil bersorak “Binatang baru! Binatang baru!”
*
Fatih mengambil
beberapa daun pohon mangga, pohon binatang baru itu terjatuh. Lalu memasukkan
dedaunan itu ke cup gelas. Binatang itu berdesis kembali.
“Fatih sedang
apa?” Tegar datang dengan menaiki sepeda mininya. “ Ayok, sepedaan!”
Fatih urung menyambut ajakan Tegar.
“Aku sedang
menjaga binatang baru. Kata bunda aku harus memberinya makan supaya aku bisa
memeliharanya.”
Tegar mendekati Fatih. Penasaran dengan binatang baru.
“Oh, itu namanya
kumbang tanduk alias wawung. Bukan binatang baru.”
“Kumbangnya tidak
mau makan. Malah berisik terus.”
“Diberi dedak aja,
ayamku di rumah kuberi makan dedak.” Tanpa menunggu persetujuan Fatih, Tegar
menyambar sepedanya dan pulang untuk mengambil dedak. Beberapa menit kemudian ia
sudah berada di samping Fatih dan memberikan dedak yang diberi sedikit air
kepada Fatih. Fatih memasukkan sedikit dedak ke cup gelas.
“Kumbangnya sedang
puasa kali, Tih!”
*
“Kenapa bunda
berbohong? Padahal Fatih sudah menepati janji tidak mengganggu bunda saat
mengajar.” ucap Fatih, merajuk.
“Tapi bunda tidak
berjanji kita akan memeliharanya. Bunda hanya meminta Fatih memberinya makan.”
“Sama saja, itu
artinya bunda setuju.” Fatih mulai terisak.
“Tadi Fatih sudah
memberi kumbang tanduk ini makan?”
Fatih menyeka air
matanya sambil mengangguk.
“Kumbang tanduknya
tidak mau makan daun dan dedak. Kata Tegar, kumbangnya sedang puasa.” jawab
tegar sambil terbata.
“Fatih yakin
kumbangnya tidak mau makan karena puasa?”
“Atau kumbangnya
sakit, bunda?”
“Yakin ....?”
selidik bunda.
“Bunda, jangan
bermain teka-teki. Fatih benar-benar ingin tahu.”
“Kalau begitu
sekarang Fatih mandi dan bunda akan ajak Fatih mencari jawabannya.”
“Kumbangnya dibawa
ya.”
Bunda menatap
Fatih dengan sudut matamya. Raut muka bunda menunjukkan kalau bunda tidak
menyetujui permintaan Fatih.
*
“Bunda, lagi-lagi
berbohong. Katanya mau memberi tahu jawabannya. Tapi malah membawa Fatih ke
sini. Tidak ada kumbang di toko buku.” protes Fatih.
“Siapa bilang?
Justru Fatih akan menemukan jawabannya di sini.” ucap bunda singkat.
Bunda mengajak
berkeliling. Fatih malas-malasan membuntuti bunda. Hari ini sudah dua kali
bunda berbohong kepadanya. Pikiran Fatih melayang ke kumbang di rumah.
“Nah ketemu. Ini
untuk Fatih.”
Fatih membaca
halaman yang sudah dibukakan bunda. Dua ekor kumbang tanduk tergambar di buku
itu. Namun Fatih masih tidak mengerti.
“Ini mirip kumbang
tanduk yang ada di rumah.” gumam Fatih.
“Coba dibaca apa
makanannya.” Fatih mengikuti intruksi bunda.
“Pupus atau janur
kelapa. Pantas saja tidak mau makan dedak atau daun mangga.”
“Sekarang apa Fatih mau
memeliharanya?”
Fatih membalas tatapan ibunya,
dalam. Ia mulai mengerti. Ibu tidak bohong. Kumbang tanduk itu adalah hama,
hewan pengganggu pohon kelapa. Jadi ia tidak boleh memeliharanya.
“Apa Fatih boleh membunuhnya, Bun?”
“Jangan, biarkan kumbang itu hidup
agar ekosistem tetap seimbang.”
Fatih mengangguk pelan, tanda
mengerti.
*
16-09-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar