Pagi ini, ketika melewati salah satu jalan menuju tempat kerja, sebuah tenda berwarna putih berdiri tegak, memamerkan keanggunannya. Di depan tenda itu, sebuah sungai melintang, di depannya dua buah mobil anvanza berwarna silver berjajar rapi.
Tyas ada di depan salah satu mobil itu. Ia sedang memandangi bingkai koin-koin dan lembar-lembar uang yang ditata apik serupa burung merak. Bingkai itu jauh-jauh hari ia pesan kepada seorang kawan. Dada Tyas serasa penuh. Gelisah yang sedari malam mengobrak-abrik tidurnya, masih ia rasakan pagi ini. Pagi ini, gelisah itu semakin memuncak. Dalam hati ia terus merapal satu kalimat yang akan mengubah dunianya. Sebuah akad. Iya, akad yang ia nantikan setelah dua puluh tujuh tahun.
Ia membayangkan paras gadis yang selama dua tahun ini memenuhi pikirannya. Gadis yang kelak menjadi permaisuri dalam istananya. Nuha, alangkah bahagianya kita, gumamnya.
Aku (Naurah) tiba-tiba menjadi gamang. Ada tujuh orang yang pada bulan syawal ini melangsungkan akad. Akad yang juga kurindukan. Pertanyaan berduyun-duyun menyerbu pikiran dan perasaanku, "Kapan?" Aku hanya bisa berdoa, semoga disegerakan.
cieeee,,, aku juga :D
BalasHapus