Ini tentang aku dan impianku yang terpendam. Impian yang sedikit demi sedikit mulai kuwujudkan. Perlahan. Memiliki toko hijab hasil kreasiku sendiri. Impian yang kelak akan kuwujudkan sembari tetap menjalankan komitmenku.
Menjadi ibu. Sejak awal itulah komitmenku. Suatu profesi yang jarang diminati generasi milenial. Profesi yang selalu dipandang sebelah mata. Padahal, inilah satu profesi mulia yang akan mengantarkan wanita ke jannahNya.
Meskipun surga balasannya, tetapi sedikit sekali yang mengambil profesi ibu secara penuh. Kebanyakan memilih menjadi ibu paruh waktu. Separuh untuk keluarga dan anak, separuh untuk kerja. Bahkan parahnya keluarga kerap dapat porsi waktu yang lebih sedikit.
Nah, karena itulah aku ingin menjadi anomali. Menerjang arus. Menjadi ibu secara utuh tetapi masih bisa melakukan passionku, menjahit dan merintis toko hijabku. Bismillah. Aku pasti sanggup.
"Kalau orang lain bisa melakukannya kenapa aku tidak. Banyak orang yang sukses mengembangkan bisnisnya dari dalam rumahnya tanpa mengganggu aktivitasnya sebagai ibu dan istri. Pokoknya aku harus bisab" begitulah aku mensugesti diri sendiri.
Sampai kemarin aku mendapatkan satu lagi amunisi dari teman SMAku di akun facebook. Dalam sebuah postingan ia seakan memberikan bara api yang baru untukku.
Kesenangan menjahit kumulai sejak lulis SMA. Aku belajar otodidak dari buku kursus menjahit ibuku. Dulu, ibu pernah kursus menjahit dan berhasil membeli mesin jahit dari hasil keringatnya sendiri. Konon mesin jahit ibuku lebih tua dari umurku. Dan sampai sekarang mesin jahit itu masih bisa dipakai.
Aku praktek menjahit dengan baju-baju bekas. Karena memang keterbatasan uang untuk membeli kain. Sampai bertahun-tahun hobi menjahit hanya menjadi hobi. Sampai setahun aku mulai menekuni kembali menjahit.
Mulailah aku mengikuti berbagai grup menjahit via fb maupun wa. Dan, berkat ikut kelas menjahit via wa, kini aku sudah bisa pola baju yang memang enak di pakai. Satu dua tiga teman juga mulai minta dijahitkan. Aku fokus menjahit gamis dan khimar. Makanya aku ingin memiliki toko hijabku sendiri. Toko yang akan menampung semua hasil kreasiku.
Bisnis kecilku mulai kurintis dari membuat brand hijabku sendiri. Membuat akun instagram dan promosi via wa. Alhamdulillah mulai ada yang tertarik memesan produk khimarku.
Untuk ke depannya aku ingin membuka lapakku di situs belanja biar jangkauannya lebih luas, seperti Blibli.com. Aku sendiri sudah punya akunnya cuma memang belum punya barang yang ready stok. Terhalang modal. So, masih pre order.
Setahun berlalu tetapi bisnis kecil-kecilanku tidak berkembang. Masih stag di situ situ saja. Memang sih ada beberapa hal yang menghambat laju bisnis kecilku, diantaranya rasa malas produksi. Bawaan orok membuatku malas menjahit. Maklumlah lagi hamil. Sampai tulisan ini dibuat, bayiku sudah lahir dan aku belum memegang mesinku. Aktivitas mengurus bayi ternyata menguras energi.
Kurangnya networking juga berpengaruh dalam menarik orang untuk membeli. Apalagi aku kan tipenya introvert jadi susah susah gampang menarik seseorang. So aku biasanya mengandalkan adekku tersayang dalam hal pemasaran. Ibarat kata aku tuh orang yang always di belakang layar.
Aku tahu dua hal di atas sangat-sangat menghalangi cita-citaku. Maka dari itu aku berusaha untuk mengubahnya perlahan. Aku harus bisa memanajemen waktuku lagi. Memang cita-cita dan impian itu harus diupayakan dengan maksimal kalau tidak ya ia akan tetap menjadi mimpi yang indah.
So, saatnya action. Bismillah.
Sabtu, 23 Februari 2019
Senin, 18 Februari 2019
Misteri Jodoh
Sudah lama tak singgah di blog kecilku ini. Lama rasanya seperti lamanya menunggu jodoh.
Bicara soal jodoh. Memang jodoh itu misteri. Kita tidak tahu kapan ia datang. Datang tanpa mengetuk. Dan ketika ia datang, samua berjalan begitu mulus. Aral melintang tentu ada namun semua terasa mudah. Itulah ajaibnya. Seperti pertemuanku dengan jodohku yang sekarang jadi suamiku. Ajaib kubilang. Dan MasyaAllah inilah misteri Illahi itu.
Tak ada yang menyangka aku bakal menikah dengan Mas Adin. Orang yang sama sekali tak pernah terbesit dalam benakku. Sekalipun. Kami sama sekali tidak kenal. Kenal hanya melalui biodata dan nadzor sekali. Dan kuasanya Allah, Allah mencondongkan hatiku padanya. Meski saat itu yang terpikir adalah semoga Allah ridho. Aku serahkan semuanya sama Allah. Itu saja.
Cinta. Aku menikah tanpa cinta. Mungkin ini benar adanya. Aku percaya bahwa Allah lah kelak yang akan menumbuhkan cinta. Dan, benar. Allah telah menumbuhkan cinta diantara kami. Cinta yang tanpa PHP. Ah, jadi gini rasanya dicintai.
Tanggal 5 April 2018 adalah hari bersejarah dalam hidupku. Hari kami melangsungkan pernikahan yang sederhana.
Kemudian 40 mggu kemudian bayi mungil kami lahir ke dunia. Khonsa Naila Sabiha. Tepatnya tanggal 11 Januari 2019. Kaya lagunya gigi. Tanggal itu adalah tanggal yang direquest Onty ke Allah. Doa Onty diijabahi. Ah, jadi begini rasanya punya anak. Sesuatu yang sangat kusyukuri mendapatkan suami Mas Adin. Love you Mas.
Btw kalau Mas Adin suatu saat baca ini. Aku penasaran apa reaksianya. Ah, kurasa datar saja. Tapi its ok. Aku paham. Pernikahanku memang bukan pernikahan cinderela.
Sudah dulu merekam jejaknya.
Bicara soal jodoh. Memang jodoh itu misteri. Kita tidak tahu kapan ia datang. Datang tanpa mengetuk. Dan ketika ia datang, samua berjalan begitu mulus. Aral melintang tentu ada namun semua terasa mudah. Itulah ajaibnya. Seperti pertemuanku dengan jodohku yang sekarang jadi suamiku. Ajaib kubilang. Dan MasyaAllah inilah misteri Illahi itu.
Tak ada yang menyangka aku bakal menikah dengan Mas Adin. Orang yang sama sekali tak pernah terbesit dalam benakku. Sekalipun. Kami sama sekali tidak kenal. Kenal hanya melalui biodata dan nadzor sekali. Dan kuasanya Allah, Allah mencondongkan hatiku padanya. Meski saat itu yang terpikir adalah semoga Allah ridho. Aku serahkan semuanya sama Allah. Itu saja.
Cinta. Aku menikah tanpa cinta. Mungkin ini benar adanya. Aku percaya bahwa Allah lah kelak yang akan menumbuhkan cinta. Dan, benar. Allah telah menumbuhkan cinta diantara kami. Cinta yang tanpa PHP. Ah, jadi gini rasanya dicintai.
Tanggal 5 April 2018 adalah hari bersejarah dalam hidupku. Hari kami melangsungkan pernikahan yang sederhana.
Kemudian 40 mggu kemudian bayi mungil kami lahir ke dunia. Khonsa Naila Sabiha. Tepatnya tanggal 11 Januari 2019. Kaya lagunya gigi. Tanggal itu adalah tanggal yang direquest Onty ke Allah. Doa Onty diijabahi. Ah, jadi begini rasanya punya anak. Sesuatu yang sangat kusyukuri mendapatkan suami Mas Adin. Love you Mas.
Btw kalau Mas Adin suatu saat baca ini. Aku penasaran apa reaksianya. Ah, kurasa datar saja. Tapi its ok. Aku paham. Pernikahanku memang bukan pernikahan cinderela.
Sudah dulu merekam jejaknya.
Langganan:
Postingan (Atom)