Pagi ini, aku blogwalking ke tetangga-tetangga blog. Eh nemu sebuah blog yang mennurut aku rekomended banget untuk setiap hari dikunjungi hehehe.
di dalam blog itu terdapat banyak banget info tentang kepenulisan. PAsti pada penasaran kan. Tara ini dia blog yang aku maksud Menulis dengan Hati, blognya kak Fira. (maaf kakak fira, belum ijin hehehehe)
Dari sanalah aku baca beberapa karya kak fira yang di muat di majalah GADIS untuk rubrik PERCIKAN. Jadi inget jaman dulu aku ngirim tapi gak dimuat. hehehe. Dari pada tulisanku terlantar mending aku posting aja di sini.
FOTO
LAKI-LAKI
Sore itu, setelah silau petir mengoyak langit,
guntur seolah-olah menyalak-nyalak tepat
di atas kepala Aprilia. Aprilia tidak
takut. Tepatnya, ia memaksakan diri untuk tidak takut. Karena ketakutan akan
membawanya ke dalam pelukan mama.
Kali ini, Aprilia tidak menginginkan pelukan mama
lagi.
Tubuh Aprilia menggigil di dekat jendela. Tangannya
mencengkeram tirai dengan kuat. Air yang sedari tadi menggenang di kantung
matanya meleleh perlahan di kedua pipi tanpa isak.
Mendengar petir dan guntur, mama berlari tergopoh-gopoh
menghampiri Aprilia, dari belakang ia memeluk anak semata wayangnya. Tapi Aprilia
meronta, melepaskan pelukan mamanya dan berlari ke kamar. Mama memandanginya
sampai menghilang di balik pintu dengan heran.
“Kenapa Nak? Tak biasanya kamu bertingkah seperti ini.
Mungkinkah patah hati?” gumam mama sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum
getir.
***
Di
luar rumah, hujan kian menderas, petir dan kilat masih memporak-porandakan
langit. Alam memang membutuhkan hujan disertai petir dan guntur sebagai penawar
kemarau yang panjang. Tapi bagaimana dengan hati? Hati kerap kali menampik
hujan disertai petir dan guntur karena ia akan membuat guratan yang sulit
dihilangkan.
Di dalam kamar, badai petir dan guntur sedang menerjang
hati Aprilia. Hujan air mata menderas, membentuk aliran-aliran sungai yang tak
bermuara. Aprilia merasa dikhianati.
Dari luar kamar, Mama Aprilia mengetuk-ketuk pintu
kamar Aprilia.
“Makan dulu, Nak. Mama buatin makanan kesukaanmu lho.
Orak-arik kembang kol.”
Mendengar suara rayuan mamanya yang khas, isak Aprilia
mengeras sampai terdengar dari balik pintu. Hal ini membuat hati mamanya
teriris perih. Mama belum pernah menemukan Aprilia bertingkah seperti ini sejak
ayahnya meninggal, dua tahun yang lalu. Dahulu setelah ayahnya meninggal, selama
tiga hari Aprilia tidak mau keluar rumah dan mengurung diri di kamar. Akhirnya wali
kelas datang ke rumah untuk memastikan keadaan putrinya. Mama berharap itu
tidak akan terjadi lagi kali ini, mama yakin anaknya yang hampir masuk SMA
tentu pemikirannya telah berkembang sehingga ia tidak akan berbuat hal yang
sama seperti waktu itu. Kalaupun ia patah hati tidak akan sampai
berlarut-larut.
Mama diam sejenak, memasang telinganya namun tidak ada
jawaban. Hanya isak tangis yang belum juga tuntas.
***
Waktu itu, saat Aprilia mencari kartu keluarga di
lemari mama, tiba-tiba selembar foto laki-laki ikut terambil dan jatuh di kakinya.
Laki-laki seumuran ibu dengan kemeja krem dan celana jean, rambutnya gondrong menjuntai
sampai ke pundak. Matanya yang tajam membuat laki-laki itu terlihat mempesona.
Laki-laki dalam foto itu bukan laki-laki yang pernah tinggal di rumah ini.
Bukan ayahnya. Ia belum pernah melihat laki-laki itu sebelumnya, tapi sorot
matanya mengingatkan Aprilia pada sosok yang pernah ia kenal. Tapi siapa?
Ada laki-laki
lain di rumah. Mama telah mengkhianati papa, mengkhianati cinta, itu sama
artinya mama telah mengkhianati dirinya sebagai buah dari cinta mereka.
***
“Mama sama sekali tidak mengkhianati papa. Papa tetap
ada di hati mama. Hanya saja mama butuh seseorang untuk mama cintai, lagi.” jawab
mama.
“Mama punya Aprilia, apa itu tidak cukup.”
Mama menggeleng. Dan Aprilia semakin tidak mengerti.
Ketentuan kirim percikan ke majalah Gadis
1. Panjang tulisan 2 halaman folio aja
2. Tema : seputar dunia remaja (ya iyalah masak dunia kakek ninek)
3. Kirim ke GADIS.redaksi@feminagroup.com
4. Sertakan no rekening dan fotokopi buku tabungan. (sesuai info di blognya mbak fira)
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya, Mbak Naurah ^_^
BalasHapusSaya kunbal, eh nemu posting-an keren ini. Saya sedang berjuang nulis percikan, Mbak. Hehehe
Btt, Menulis dengan Hati setau saya blog-nya Mbak Fita. Hihihi.
subjeknya kalau kirirm apa
BalasHapussubjeknya kalau kirirm apa
BalasHapusbisa dengan menulis Percikan_Nama penulis_Judul cerpen
Hapus