Jumat, 29 Mei 2015

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN DAN METODE PERKEMBANGAN

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A.    Teori-Teori Perkembangan
Marx (dalam Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R, 1996) membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori tersebut berhubungan dengan data empiris. Teori-teori dapat dibedakan antara :
a)      Teori yang deduktif, yaitu memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikran spekulatif tertentu kea rah data yang akan diterangkan.
b)      Teori yang induktif, yaitu cara menerangkan adalah dari data kea rah teori.  Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang posivitas ini dijumpai pada kaum behavioristik.
c)      Teori yang fungsional, disini Nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teorites, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dna pembentukan teori kembali memperngaruhi data.
Berdasarkan tiga pembagian ini dpaat disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut :
1.      Teori menunjuk pada sekelompok hokum yang tersusun secara logis. Hokum-hukum ini biasanya mempunyai sifat hubungan yang deduktif. Suatu hikum menunjukkan suatu hubungan antara variable-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2.      Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperolah secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari daya diperoleh itu dating pada suatru konsep yang teoritis.
3.      Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat teoritis.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia buka suatu teori.

Teori Charlotte Buhler
Menurut Buhler (dalam Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R, 1996) ada lima tingkat perkembangan psikis seseorang, yaitu:
a.       Permulaan à memasuki dunia : sampai ±25 tahun
b.      Penanjakanà memasuki dunia : sampai ±25 tahun
c.       Puncak masa hidup à 25-50 tahun
d.      Penurunan à menarik diri dari kehidupan : sesudah 50 tahun
e.       Akhir kehidupan à menarik diri dari kehidupan : sesudah 50 tahun
     25                            c                           50
                     a + b                                                                               d + e         

             0                                                                                                      70  
Menurut Buhler, maka dalam perkembangan fisik ada 4 titik balik yang menentukan:
a.       Permulaan kemasakan seksual : pada anak laki-laki ± 15 tahun, pada anak wanita ± 13 tahun.
b.      Penghentian pertumbuhan jasmani: wanita ± 18 tahun, laki-laki ± 25 tahun
c.       Akhir masa subur: wanita ± 40-46 tahun, laki-laki masih tanda Tanya
d.      Permulaan kemunduran biologis: ± 50 tahun
Criteria kehidupan manusia menurut Buhler berlangsung sampai tahun ke-25, sesudah itu dating masa relative stabil, yaitu puncak masa hidup dan akhirnya datag masa kemunduran biologis. Meskipu kemunduran biologis merupakan fakta yang nyata, tetapi masih belum dapat ditentukan apakah juga ada suatu kemunduran dalam fungsi psikis.
Teori Perkembangan Psikososial  menurut Erik Erikson 
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial.
Secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya. Adapun delapan tahapan perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut :
a.    Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik ortu maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tida percaya.
b. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam motorik  kasar,halus  : berjinjit , memanjat,  berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi  atau tidak diberikan natau kebebasan anak  dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vesrus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu  sebagai prestasinya.
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
d. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama  dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama.
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
Reinforcement dari ortu atau orang lain  menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
e. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
f. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain.
Saaat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolas.
  g. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
persoalan utama pada fase ini adalah mmbantu generasi muda mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang lebih berguna.
  h. Keutuhan dan keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
pada tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita.
Jika manusia usia lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, pandangan retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang disebut erikson sebagai despair (putus asa)

Teori-teori perkembangan
1.      TEORI YANG BERORIENTASI PADA BIOLOGIS
Teori ini menitik beratkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi factor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype). Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, missal pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan. Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget (1971) disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang terwujud yang dimiliki organisme dalam priode tertentu (fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang beda pula. Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.

2.      TEORI LINGKUNGAN
Dalam kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar social. Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu memperolehnya tingkah laku kebudayaan sendiri yang banyak di tulis oleh antropologi budaya, seperti Benedict (1934),Kardiner (1945) mead (a.l.1953).
Teori-teori belajar mempunyai sifat yang berlainan (knoers,1973). Persamaan yang ada di antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang yang bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh pertumbuhan. Disposisi disini di artikan sebagai potensi untuk bertingkah laku, untuk bersikap. Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung daripada perubahan spontan pada struktur dari organisme, melainkan tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat.
Jadi bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas lingkungannya tadi.
Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan (overmann, 1971). Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan besar ada semacam watak (rolff, 1970). Watak social ini menurut fromm (1941) adalah inti struktur watak yang dimiliki oleh semua anggota satu budaya atau sub-budaya tertentu. Watak social berlainan dengan watak individual yang menunjuk pada perbedaan yang ada diantara orang-orang dari suatu budaya yang sama. Berbagai teori lingkungan ini kurang memperhatikan akan pengaruh pembawaan yang ada relatif kaut dalam perkembangan seseorang.

3.      TEORI PSIKODINAMIKA
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan,termasuk lingkungan primer,terhadap perkembangan.Teori psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang.Menurut teori ini ,maka komponen yang besifat sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang,sebagai penentu dinamikanya.
Menurut Sigmund Freud,seorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis,yaitu libido dan nafsu mati.Kekuatan atau energy ini “menguasai” semua orang atau semua benda yang berarti bagi anak,melalui proses yang disebut kathexis.Kathexis berarti konsentrasi energy psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik atau terhadap suatu person yang spesifik.
Menurut Freud kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
Das Es (the Id)
Menurut Freud, das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es, adalah dalam rangka membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas atau senang akan diperoleh.
Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut The Id adalah aspek kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman.
Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek kepribadian yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle).

Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Fungsi das Ueber Ich adalah:
1.      Sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat;
2.      Mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
3.      Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.

Kekurangan Pendekatan Psikodinamika yakni:
1.      Bentuk yang lebih singkat dan kurang intensif
2.      Klien dan treapis umunya duduk berhadapan
3.      Terapis tidak memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
1.      Bentuk penanganan yang lebih singkat dan murah atau lebih intensif
2.      Bertujuan mengungkapkan motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan pertahanan psikologis
3.      Fokusnya lebih pada hubungan klien
4.      Terpinya membutuhkan dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan klien dan transference disbanding bentuk tradisional.

4.      TEORI PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN :TEORI MENGENAI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Huvighurst mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi. Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang.
Tugas perkembangan tersebut menunjukkan adanya hubungan dengan pendidikan, yaitu pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang. Pendidikan menentukan tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa-masa hidup tertentu. Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik karena orang akan mendapatkan kecaman dan celaan dalam masyarakat. Orang akan merasakan sedih dan tidak bahagia. Sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya perasaan bahagia. Misalnya masa dewasa muda seseorang tidak berhasil menemukan jodoh, sehingga orang tadi merasa tidak bahagia.

5.      PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PENGERTIAN EMANSIPASI
Menurut Langeveld, emansipasi adalah suatu aspek pembentukan identitas atau individu, yakni pembentuk kesadaran diri. Sehingga emansipasi merupakan suatu proses dalam perkembangan yaitu untuk belajar mengaktualisasikan diri bersama-sama dengan orang lain yang ada dalam situasi yang sama. Aktualisasi ini mengandung arti menunjukkan diri sebagai suatu kelompok yang memiliki hak yang sama dengan ornag-orang lain serta menunjukkan diri sebagai pribadi yang khas.

B.     METODE  DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.      Pendekatan yang Umum
a.      Metode Longitudinal vs Transversal
Metode Longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu lama, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati atau mengikitu perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup musalnya selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Keuntungan metode longitudinal adalah bahwa suatu proses perkembanga dapat diikuti dengan teliti.Kerugian metode longitudinal adalah penyelidik sangat bergantung pada orang yang diselidiki tersebut dalam jangka waktu cukup lama. Hal ini menimbulkan kesulitan misalnya orang yang diselidiki pindah tempat atau meninggal.
Metode transversal/ metode krosseksional yang diselidiki ialah orang-orang atau kelompok orang dari tingkatan usia yang berbeda-beda Kelemahannya  gambaran yang akan diperoleh kurang jelas. Keuntungannya dapat diperoleh pengertian kelompok-kelompok tertentu karena dengan metode ini dapat diambil kelompok-kelompok yang dapat diperbandingkan misalnya meneliti orang dari status masyarakat yang berbeda-beda.
Metode Sekuensial Merupakan kombinasi dari metode kros-seksional/transversal dan metode longitudinal. Dimulai dengan studi kros-seksional yangmencakup individu dari usia yang berbeda berbulan-bulan atau bertahun tahun setelah pengukuran awal,individu yang sama itu diuji lagi. Selanjutnya sekelompok subjek baru diukur pada masing-masingtingkat usia. Kelompok baru pada masing-masingtingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untukmengontrol perubahan yang (gugur) dari studi,pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerjamereka.
b.      Pendekatan Lintas-Budaya
Antropologi budaya telah berjasa dengan menunjukkan bahwa factor-faktor yang dulu dianggap sebagai factor kemasakan ternyata merupakan hasil pengaruh lingkungan atau kebudayaan sekitar.
Pendekatan lintas budaya ini memberikan pengertian yang lebih mendalam akan proses perkembangan seseorang. Dan dari pendekatan lintas budaya ini dengan jelas membuktikan bahwa motif prestasi banyak ditentukan oleh factor cultural atau sub-kultural dengan demikian pendekatan lintas budaya memberikan sumangan besar pada penelitian psikologi perkembangan.

2.      Metode Spesifik
a.      Metode eksperimental
Metode Eksperimen Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatanpercobaan pada anak. Penggunaan eksperimen terhadap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan yang dapat diamatidengan alat indera karena gejala-gejala jiwa yangbersifat ruhaniah masih sangat samar-samar.
Metode eksperimental dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksperimen murni dan eksperimen lapangan.  Perbedaan diantara keduanya tersebut ada dalam tingkat kemungkinannya dalam mengerti hubungan antara factor-faktor tertentu dengan gejala-gejala perkembangan.
b.      Metode non-eksperimental
-          Metode observasi adalah suatu cara yang digunakan untukmengamati semua tingkah laku yang terlihat padasuatu jangka waktu tertentu atau pada suatu tahapanperkembangan tertentu. Dan juga merupakankegiatan mengenali tingkah laku individu yangbiasanya akan diakhiri dengan mencatat hal-hal yangdipandang penting sebagai penunjang informasimengenai klien.
-          Metode Klinis adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan untuk anak-anak dengan cara mengamati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Metode ini merupakan penggabungan eksperimen dan observasi. Dilakukan dengan cara mengamati atas pertimbangan bahwa anak itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaan dengan bahasa yang lancar.
-          Metode Angket Adalah daftar pertanyaan yang harus dijawabatau daftar isian yang harus diisi berdasarkan kepadasejumlah subjek dan berdasar atas jawaban atau isianpenyelidik mengambil kesimpulan mengenai subjek yangdiselidiki








DAFTAR PUSTAKA



Haditono, R., Monks dan Knoers, A.M.P. 1996. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar