TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A. Teori-Teori
Perkembangan
Marx
(dalam Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R, 1996) membedakan adanya
tiga macam teori. Ketiga teori tersebut berhubungan dengan data empiris.
Teori-teori dapat dibedakan antara :
a) Teori
yang deduktif, yaitu memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikran spekulatif tertentu kea rah data yang akan diterangkan.
b) Teori
yang induktif, yaitu cara menerangkan adalah dari data kea rah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang
posivitas ini dijumpai pada kaum behavioristik.
c) Teori
yang fungsional, disini Nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teorites, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dna pembentukan
teori kembali memperngaruhi data.
Berdasarkan
tiga pembagian ini dpaat disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut :
1. Teori
menunjuk pada sekelompok hokum yang tersusun secara logis. Hokum-hukum ini
biasanya mempunyai sifat hubungan yang deduktif. Suatu hikum menunjukkan suatu
hubungan antara variable-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal
sebelumnya.
2. Suatu
teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok
hukum yang diperolah secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang
mulai dari data yang diperoleh dan dari daya diperoleh itu dating pada suatru
konsep yang teoritis.
3. Suatu
teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di
sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat
teoritis.
Secara
umum dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia buka
suatu teori.
Teori Charlotte Buhler
Menurut
Buhler (dalam Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan
Haditono, S.R, 1996) ada lima tingkat perkembangan psikis seseorang,
yaitu:
a.
Permulaan à memasuki dunia : sampai ±25 tahun
b.
Penanjakanà memasuki dunia : sampai ±25 tahun
c.
Puncak masa
hidup à
25-50 tahun
d.
Penurunan à menarik diri dari kehidupan : sesudah 50 tahun
e. Akhir kehidupan à menarik diri dari kehidupan : sesudah 50 tahun
25 c 50
a + b d
+ e
0 70
Menurut Buhler, maka dalam perkembangan fisik ada 4
titik balik yang menentukan:
a.
Permulaan
kemasakan seksual : pada anak laki-laki ± 15 tahun, pada anak wanita ± 13
tahun.
b.
Penghentian
pertumbuhan jasmani: wanita ± 18 tahun, laki-laki ± 25 tahun
c.
Akhir masa
subur: wanita ± 40-46 tahun, laki-laki masih tanda Tanya
d.
Permulaan
kemunduran biologis: ± 50 tahun
Criteria kehidupan manusia menurut Buhler berlangsung
sampai tahun ke-25, sesudah itu dating masa relative stabil, yaitu puncak masa
hidup dan akhirnya datag masa kemunduran biologis. Meskipu kemunduran biologis
merupakan fakta yang nyata, tetapi masih belum dapat ditentukan apakah juga ada
suatu kemunduran dalam fungsi psikis.
Teori Perkembangan
Psikososial menurut Erik Erikson
Eric Erikson merupakan penganut
teori psikodinamika atau psikosialis dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi
umum dari Freud, namun menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai
tahapan perkembangan psikososial.
Secara umum, Tahapan perkembangan
psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan
manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan
individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui
denagn baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan
semakin sehat perkembangannya. Adapun delapan tahapan perkembangan psikososial
sepanjang siklus kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut :
a. Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik ortu
maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat
yang merawatnya.
Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau
merawat maka akan timbul rasa tida percaya.
b. Tahap otonomi versus rasa
malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam
motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya
terlalu dilindungi atau tidak diberikan natau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vesrus rasa
bersalah (3 – 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan
indranya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau
dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
d. Tekun versus
rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan
bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang
dilakukan bersama.
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat
tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul
rasa inferiorty ( rendah diri ).
Reinforcement dari ortu atau orang lain
menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan
sesuatu.
e. Tahap identitas dan kebingungan
identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan
kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti
siapa saya kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan
terjadinya kebingungan dalam peran.
f. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim
dengan orang lain.
Saaat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan
relasi akrab dengan oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak
maka akan terjadi isolas.
g. Bangkit versus
tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
persoalan utama pada fase ini adalah mmbantu generasi
muda mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang lebih berguna.
h. Keutuhan dan keputusasaaan
( 50 tahun keatas)
pada
tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa
yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita.
Jika manusia
usia lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, pandangan
retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang
disebut erikson sebagai despair (putus asa)
Teori-teori perkembangan
1.
TEORI YANG BERORIENTASI PADA BIOLOGIS
Teori ini menitik beratkan pada apa yang
yang disebut bakat, jadi factor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak
lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung
spontan saja melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi
yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype).
Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, missal
pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan. Dalam
hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget (1971)
disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang menguntungkan
dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang terwujud yang dimiliki
organisme dalam priode tertentu (fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam
penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang
dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda, mengalami proses
perkembangan yang beda pula.
Kelemahan
teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam
satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan
tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium
perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.
2. TEORI LINGKUNGAN
Dalam kelompok teori lingkungan (teori
milieu) termasuk teori belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis.
Kedua macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan
suatu bentuk belajar social. Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu
memperolehnya tingkah laku kebudayaan sendiri yang banyak di tulis oleh
antropologi budaya, seperti Benedict (1934),Kardiner (1945) mead (a.l.1953).
Teori-teori belajar mempunyai sifat yang
berlainan (knoers,1973). Persamaan yang ada di antara berbagai teori belajar
itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan
dalam disposisi seseorang yang bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan
tersebut tidak di sebabkan oleh pertumbuhan. Disposisi disini di artikan
sebagai potensi untuk bertingkah laku, untuk bersikap. Teori ini beranggapan
bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi
tidak tergantung daripada perubahan spontan pada struktur dari organisme,
melainkan tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang
tepat.
Jadi bila anak hidup dalam suatu
lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang
khas lingkungannya tadi.
Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan (overmann, 1971). Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan besar ada semacam watak (rolff, 1970). Watak social ini menurut fromm (1941) adalah inti struktur watak yang dimiliki oleh semua anggota satu budaya atau sub-budaya tertentu. Watak social berlainan dengan watak individual yang menunjuk pada perbedaan yang ada diantara orang-orang dari suatu budaya yang sama. Berbagai teori lingkungan ini kurang memperhatikan akan pengaruh pembawaan yang ada relatif kaut dalam perkembangan seseorang.
Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan (overmann, 1971). Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan besar ada semacam watak (rolff, 1970). Watak social ini menurut fromm (1941) adalah inti struktur watak yang dimiliki oleh semua anggota satu budaya atau sub-budaya tertentu. Watak social berlainan dengan watak individual yang menunjuk pada perbedaan yang ada diantara orang-orang dari suatu budaya yang sama. Berbagai teori lingkungan ini kurang memperhatikan akan pengaruh pembawaan yang ada relatif kaut dalam perkembangan seseorang.
3. TEORI PSIKODINAMIKA
Teori ini mempunyai kesamaan dengan
teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan,termasuk
lingkungan primer,terhadap perkembangan.Teori psikodinamika memandang komponen
yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan
perkembangan seseorang.Menurut teori ini ,maka komponen yang besifat
sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang,sebagai penentu
dinamikanya.
Menurut Sigmund Freud,seorang anak
dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis,yaitu libido dan nafsu
mati.Kekuatan atau energy ini “menguasai” semua orang atau semua benda yang
berarti bagi anak,melalui proses yang disebut kathexis.Kathexis berarti
konsentrasi energy psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik
atau terhadap suatu person yang spesifik.
Menurut Freud kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan
tak sadar (unconscious).Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu
sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich
(dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego),
yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan
sendiri.
Das Es (the Id)
Menurut Freud, das Es berfungsi
berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), munculnya
dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es, adalah dalam rangka
membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas
atau senang akan diperoleh.
Das Es yang dalam bahasa Inggris
disebut The Id adalah aspek kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir.
Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis dari
kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk
mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul
jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman.
Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris
disebut The Ego merupakan aspek kepribadian yang diperoleh sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich merupakan aspek
psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas
atas dasar prinsip realitas (reality principle).
Das Ueber Ich
Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego
adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau
aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk
melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh
atau berarti bagi individu. Fungsi das Ueber Ich adalah:
1.
Sebagai pengendali das
Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat
diterima masyarakat;
2.
Mengarahkan das Ich
pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
3.
Mendorong individu
kepada kesempurnaan.
Dalam
menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani
dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi
dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan
contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
Kekurangan Pendekatan Psikodinamika yakni:
1.
Bentuk yang lebih
singkat dan kurang intensif
2.
Klien dan treapis
umunya duduk berhadapan
3.
Terapis tidak
memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran
verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan
psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
1.
Bentuk penanganan yang
lebih singkat dan murah atau lebih intensif
2.
Bertujuan mengungkapkan
motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan pertahanan psikologis
3.
Fokusnya lebih pada
hubungan klien
4.
Terpinya membutuhkan
dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan klien dan
transference disbanding bentuk tradisional.
4.
TEORI PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN :TEORI MENGENAI
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Huvighurst mengemukakan
bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus
dapat dipenuhi. Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa
hidup seseorang.
Tugas perkembangan tersebut
menunjukkan adanya hubungan dengan pendidikan, yaitu pendidikan dan pelajaran
formal yang diterima seseorang. Pendidikan menentukan tugas apakah yang dapat
dilaksanakan seseorang pada masa-masa hidup tertentu. Konsep diri dan harga
diri akan turun bila seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan
dengan baik karena orang akan mendapatkan kecaman dan celaan dalam masyarakat.
Orang akan merasakan sedih dan tidak bahagia. Sebaliknya keberhasilan dalam
melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya
perasaan bahagia. Misalnya masa dewasa muda seseorang tidak berhasil menemukan
jodoh, sehingga orang tadi merasa tidak bahagia.
5.
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PENGERTIAN EMANSIPASI
Menurut Langeveld,
emansipasi adalah suatu aspek pembentukan identitas atau individu, yakni
pembentuk kesadaran diri. Sehingga emansipasi merupakan suatu proses dalam
perkembangan yaitu untuk belajar mengaktualisasikan diri bersama-sama dengan
orang lain yang ada dalam situasi yang sama. Aktualisasi ini mengandung arti
menunjukkan diri sebagai suatu kelompok yang memiliki hak yang sama dengan
ornag-orang lain serta menunjukkan diri sebagai pribadi yang khas.
B.
METODE DALAM PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
1. Pendekatan
yang Umum
a. Metode
Longitudinal vs Transversal
Metode
Longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu lama, misalnya
mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati atau mengikitu
perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup musalnya selama masa
kanak-kanak atau selama masa remaja. Keuntungan metode longitudinal adalah
bahwa suatu proses perkembanga dapat diikuti dengan teliti.Kerugian metode
longitudinal adalah penyelidik sangat bergantung pada orang yang diselidiki
tersebut dalam jangka waktu cukup lama. Hal ini menimbulkan kesulitan misalnya
orang yang diselidiki pindah tempat atau meninggal.
Metode
transversal/ metode krosseksional yang diselidiki ialah orang-orang atau
kelompok orang dari tingkatan usia yang berbeda-beda Kelemahannya gambaran yang akan diperoleh kurang jelas. Keuntungannya
dapat diperoleh pengertian kelompok-kelompok tertentu karena dengan metode ini
dapat diambil kelompok-kelompok yang dapat diperbandingkan misalnya meneliti
orang dari status masyarakat yang berbeda-beda.
Metode Sekuensial Merupakan
kombinasi dari metode kros-seksional/transversal dan metode longitudinal.
Dimulai dengan studi kros-seksional yangmencakup individu dari usia yang
berbeda berbulan-bulan atau bertahun tahun setelah pengukuran awal,individu
yang sama itu diuji lagi. Selanjutnya sekelompok subjek baru diukur pada
masing-masingtingkat usia. Kelompok baru pada masing-masingtingkat ditambahkan
pada waktu berikutnya untukmengontrol perubahan yang (gugur) dari
studi,pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerjamereka.
b. Pendekatan
Lintas-Budaya
Antropologi budaya telah berjasa dengan menunjukkan
bahwa factor-faktor yang dulu dianggap sebagai factor kemasakan ternyata
merupakan hasil pengaruh lingkungan atau kebudayaan sekitar.
Pendekatan lintas budaya ini memberikan pengertian
yang lebih mendalam akan proses perkembangan seseorang. Dan dari pendekatan
lintas budaya ini dengan jelas membuktikan bahwa motif prestasi banyak
ditentukan oleh factor cultural atau sub-kultural dengan demikian pendekatan
lintas budaya memberikan sumangan besar pada penelitian psikologi perkembangan.
2.
Metode Spesifik
a. Metode
eksperimental
Metode Eksperimen
Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan
kegiatan-kegiatanpercobaan pada anak. Penggunaan eksperimen terhadap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan
yang dapat diamatidengan alat indera karena gejala-gejala jiwa yangbersifat
ruhaniah masih sangat samar-samar.
Metode
eksperimental dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksperimen murni dan eksperimen
lapangan. Perbedaan diantara keduanya
tersebut ada dalam tingkat kemungkinannya dalam mengerti hubungan antara
factor-faktor tertentu dengan gejala-gejala perkembangan.
b. Metode
non-eksperimental
-
Metode observasi adalah suatu cara yang
digunakan untukmengamati semua tingkah laku yang terlihat padasuatu jangka
waktu tertentu atau pada suatu tahapanperkembangan tertentu. Dan juga
merupakankegiatan mengenali tingkah laku individu yangbiasanya akan diakhiri
dengan mencatat hal-hal yangdipandang penting sebagai penunjang
informasimengenai klien.
-
Metode Klinis adalah suatu metode penelitian
yang khusus ditujukan
untuk anak-anak dengan cara mengamati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab.
Metode ini merupakan penggabungan
eksperimen
dan observasi. Dilakukan dengan cara
mengamati
atas pertimbangan bahwa anak itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan dengan
bahasa yang lancar.
-
Metode Angket Adalah
daftar pertanyaan yang harus dijawabatau daftar isian yang harus diisi
berdasarkan kepadasejumlah subjek dan berdasar atas jawaban atau isianpenyelidik
mengambil kesimpulan mengenai subjek yangdiselidiki
DAFTAR PUSTAKA
Haditono,
R., Monks dan Knoers, A.M.P. 1996. Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar