Jumat, 30 Oktober 2015

Adekku Beranjak Dewasa

Sebut saja namanya Winnie, bukan beruang madu. Saat ini ia masih kuliah semester 5 di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Kami tumbuh di keluarga yang SSS (sangat sederhana sekali). Aku akui aku enggan melabeli keluarga kami keluarga miskin. Kenapa? Karena Alhamdulillah, dengan rahmat Allah keluarga kami selalu bisa makan meskipun seadanya. Takut kufur nikmat.

Pagi ini, Winnie memberiku pesan singkat yang fantastis. Perihal "ta'aruf". Ia menanyakan bagaimana jika ia ta'aruf. Ah, anak ini selalu membuat anomali. Aku yakin, ada seseorang di belakangnya yang provokatif. 

Bagaimana sikapku? Tentu aku fine - fine saja. Ia mau ta'aruf sekarang atau nanti ketika sudah lulus kuliah. Hanya saja ada beberapa hal yang mesti ia pikirkan. Aku tahu, nikah adalah sunnah Rasul Muhammad saw. Juga merupakan penyempurna setengah agama. Dan dengan kondisi keluarga kami, aku juga yakin bahwa riski itu minnallah, sebagaimana kami selalu yakin bisa makan untuk esok hari.

Aku berharap postingan ini akan menjelaskan apa yang aku pikirkan, duh udah kaya pertanyaan di facebook.
  1. Pertama, ini bukan masalah siapa yang duluan nduk. Aku harap menikah itu bukan karena terprovokasi orang lain dan juga bukan karena saat itu ada ikhwan yang sedang mencari akhwat. Jika memang keadaannya demikian, bersiaplah untuk kecewa. Karena sesuatu yang datang dari provokasi itu jauh lebih mengerikan.

    Aku juga tahu nduk, untuk masalah serba serbi nikah kamu sudah mempunyai ilmu-lah secara kita dibesarkan bersama - sama. Yang mesti kau camkan dalam dirimu adalah ketika kau memutuskan untuk ta'aruf berarti kamu memang sudah benar - benar siap dalam bulan itu bahkan minggu itu akan berubah status menjadi istri orang. Dan kamu juga harus siap jika Gagal. Dan aku tidak ingin kamu "Gagal" nduk. Sungguh.
  2. Kalau kau berargumen bahwa "Kan nggak bisa langsung jadi, Mbi. Temenku aja udah berkali - kali belum berjodoh. Bahkan baru menikah setelah 17 kali ta'aruf. Kita kan harus usaha dulu."

    Kalau itu yang ada dalam benakmu sekarang, please urungkan niatmu untuk melakukan taaruf saat ini. Karena belum apa - apa kamu sudah berasumsi buruk. Apa kau lupa, prasangka selalu berbanding lurus. Sekalipun banyak juga yang tidak. hehehe.
  3. Ridho orang tua. Yah, ini penting banget. Aku yakin seyakin - yakinnya bahwa umi belum akan mengijinkan. Apa kau lupa peristiwa yang lalu - lalu. hehehe.
  4. Bersikaplah idealis-realistis. Kurasa kamu perlu memikirkannya kembali. Tentang umi, terutama. Tapi kalau memang bener - bener semuanya Oke, Gue mah oke - oke saja nduk. Sungguh.
Aku tahu, kau telah cukup dewasa untuk memutuskannya. hahaha. Tapi, aku salut kau mau berpikir ke arah sana nduk. hihihihi.


Bagiku hari ini adalah hari di mana kamu berubah jadi kupu - kupu. Ah, tapi tetap aja unyu. :)

2 komentar: